You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Bulus
Desa Bulus

Kec. Gebang, Kab. Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

MAKLUMAT PELAYANAN : DENGAN INI KAMI SEGENAP PERANGKAT DESA BULUS MENYATAKAN SANGGUP MENYELENGGARAKAN PELAYANAN SESUAI DENGAN STANDAR YANG TELAH DITETAPKAN. APABILA KAMI TERBUKTI MELANGGAR PERATURAN SECARA SAH, KAMI SIAP MENERIMA SANKSI SESUAI DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU LAYANAN PENGADUAN -> email : pemdesbulus1@gmail.com Hp : 081226075050

Sejarah Desa

Administrator 26 Agustus 2016 Dibaca 770 Kali
Sejarah Desa
Sejarah Desa Bulus

Sejarah awal desa Bulus didirikan oleh Sayyid Ahmad Muhammad Alim. Saat muda, Beliau pergi menuntut ilmu ke Pekalongan. Beliau mengaji pada ulama besar di sana sampai beberapa lama, kemudian meneruskan menuntut ilmu di Mekah dalam waktu yang cukup lama pula hingga Beliau menjadi seorang ulama besar. Di Mekah Sayyid Ahmad Muhammad Alim mempelajari Tarekat Satariyah. Sepulang dari Mekah, Beliau kemudian menetap di kampung Krapyak, kota Pekalongan bagian utara, menggantikan gurunya sampai beliau menikah dan mempunyai keturunan di sana.

 

Keturunannya hingga sekarang banyak yang disebut Basaiban seperti : Sayyid / Habib Abu Tholib, Sayyid / Habib Toha dan lain – lain. Ada juga keturunan Beliau yang menjadi Bupati Magelang yakni R. Tumenggung Danu Sugondo, dimana adiknya juga menjadi bupati Purworejo yakni R. Tumenggung Chasan Danuningrat.

Atas permintaan para murid yang berasal dari Wonosobo, Beliau kemudian pindah ke Wonosobo. Pertama kali bermukim adalah di desa Cekelan kecamatan Kepil. Di sana beliau mendirikan pondok pesantren dan masjid yang hingga sekarang masih ada dan berkembang pesat. Pembuatannya dibantu olehbesan Beliau yang bernama R. Tumenggung Bawad ( pensiunan ) pembesar dari Kraton Yogyakarta yang bernama Wiradhaha / ayah Kyai Tolabudin ( makam di Blimbing Bruno Purworejo ) dibantu juga oleh Kyai Karangmalang ( ayah Kyai Imam Puro ) yang telah mengangkat saudara. Dikisahkan mereka membawa pohon Aren dan Pohon jambe / Pinang. Dari desa Cekelan, Beliau kemudian pindah ke desa Gunung Tawang, kecamatan Selomerto Wonosobo . Di sana pun Sayyid Ahmad Muhammad Alim mendirikan pondok dan masjid.

Setelah bermukim di desa Gunung Tawang, beliau pindah ke arah utara, sampai di dekat dukuh Kendal Mangkang, petilasan Kyai Ageng Gribig dari Klaten Surakarta sewaktu membuat pertahanan saat memerangi Belanda di Batavia ( Jakarta ). Dari tempat tersebut, beliau pindah ke arah timur sampai di Candiroto, akan tetapi tidak dikisahkan hal pendirian masjid dan pondok di sana. Perpindahan selanjutnya adalah di desa Traji, yang berada di sebelah utara Parakan Temanggung, dekat desa Mandensari. Di sana didirikan pula pondok yang sampai sekarang masih ada. Dari desa Traji, Sayyid Ahmad Muhammad Alim bermukim sebentar di desa Bulu, Salaman Magelang. Di sana didirikan pula pondok dengan dibantu oleh Kyai Muhyi Bulu. Pesantren tersebut hingga sekarang pun masih. Rute perpindahan selanjutnya adalah di desa Paguan Kaliboto Purworejo, dan seperti yang sudah – sudah, di sana pun didirikan pondok yang hingga kini pesantren itu masih. Dari Kaliboto, atas permintaan salah seorang murid setianya yakni seorang mantri polisi Beliau pindah ke Pancalan dan mendirikan pesantren sehingga daerah itu menjadi aman. Pondok pesantren tersebut hingga sekarang masih, kemudian Beliau pindah ke desa Nglegok Baledono Purworejo, mendiami bekas pondok Kyai Asnawi ( R. Tumenggung Djoyomenduro, putra kyai Syamsyiah Pengulu Landrat/ Ketua Pengadilan Negeri jaman kejawen yang makamnya terletak di Pangenjurutengah ). Kyai Asnawi mempunyai banyak pondok pesantren.

Dari Baledono, Sayyid Ahmad Muhammad Alim pindah ke Kali Kepuh Beji. Masjid digotong oleh para santri yang jumlahnya sangat banyak. Perpindahan ke Kali Kepuh beji pada awalnya atas perintah Bupati Purworejo yang pertama pada jaman Belanda yang bernama Raden Mas Cokrojoyo, dikarenakan ketakutan Belanda akan adanya penyerangan sewaktu – waktu yang akan dilakukan oleh Sayyid Ahmad Muhammad Alim dan para santrinya. Begitu juga dengan perpindahan Beliau ke Bulus yang merupakan perintah dari Bupati, yang tujuan sebenarnya adalah agar Sayyid Ahmad Muhammad Alim mati dimangsa Brekasakan Hutan ( sejenis hewan dan mahluk halus ), lelembut, harimau, celeng / babi hutan dan warak ( sejenis badak ), sebab di sana terdapat sebuah beji ( semacam mata air ) yang di dalamnya terdapat sepasang bulus ( sejenis kura – kura ) berwarna putih yang merupakan mahluk halus. Maka daerah Bulus saat itu terkenal dengan sebutan Jalma Mara Jalma Mati yang artinya manusia mendekat, manusia mati. Sayyid Ahmad Muhammad Alim tetap selamat dan bahkan kemudian tempat tersebut menjadi desa yang makmur dan pesantrennya berkembang pesat hingga menyebar menjadi cikal bakal lahirnya pesantren – pesantren yang ada di Purworejo dan sekitarnya. Bulus yang tadinya hutan yang sangat angker beliau ubah menjadi desa yang makmur bersama para muridnya yang berasal dari berbagai daerah antara lain dari Pekalongan, Semarang, Salatiga, Magelang dan lain – lain. Jumlah murid Beliau lebih dari seribu orang. Sayyid Ahmad Muhammad alim mengajarkan tarekat Satariyah. Setelah mengaji, para murid ada yang diperintahkan untuk bekerja membuka hutan, ada yang diperintahkan membuat tempat tinggal ada juga yang bekerja seperti biasanya. Murid – murid yang berasal dari Pekalongan bekerja membuat sinjang ( jarit / kain ), sehingga kemudian daerah Bulus pada waktu itu terkenal dengan sebutan daerah Bang – bangan sinjang ( penghasil jarit / kain ). Mereka yang berasal dari Banjarmasin bekerja membuat aneka perhiasan dari emas dan ada juga yang bekerja sebagai tukang jam.Desa Bulus merupakan desa yang berkarakter religius. Dibuktikan dengan keberadaan pesantren yang mempengaruhi corak hidup masyarakat desa Bulus. Pendiri desa Bulus adalah K. Muhamad ‘Alim.

Kepemimpinan Desa Tegalsari
 
1. Mangku Wijoyo (demang) yang dibantu oleh patih dan kepatihan (1938 – 1948) 
2. Mangku Wigeno yang dibantu oleh pamong desa (1949 – 1958) 
3. Wahyu Widayat (lurah) yang dibantu oleh pemerintahan desa (1959 - 1983) 
4. Heru Pulonggono yang dilakukan melalui pemilihan (kepala desa) dibantu oleh pemerintahan desa)
( 1983 - 2001) 
5. Urip Suyono yang dipilih melalui pemilihan (kepala desa) yang dibantu oleh pemerintahan desa (2 periode x 6 tahun) (2001 - 2013) 
6. Suharman yang pilih melalui pemilihan (kepala desa) yang dibantu oleh pemerintahan desa (2013 - 2019) 
7. Urip Suyono (2019 - sekarang) 
 
Patilasan 
 
1. Ki Agung Mataram (Krajan) Tokoh pertama yang menemukan lokasi Desa Tegalsari dan melakukan babad alas 
2. Ki Wansandaka (Plarangan, Gobyagan) 
• Tokoh penyebaran Islam di Desa Tegalsari dengan metode kombinasi tradisi (tayub) yang ada 
• Pencetus nama Desa Tegalsari 
• Penguasa Pertanian yang bekerja sama dengan Belanda 
3. Nyi Rantansari (Teges) 
• Salah satu orang kepercayaan Ki Wansandaka untuk mengelola hasil pertanian karena kecerdasanya 
• Istri dari putra Ki Wansandaka
 
Adat dan Tradisi yang masih berjalan 
 
1. Merti Desa (Tledekan/ Tayub) 
2. Syuroan 
3. Wayangan 
4. Festival Perayaan 
 
Sejarah Dusun di Tegalsari 
 
1. Dusun Krajan Merupakan wilayah penguasa kepemimpinan (raja) 
2. Teges Penduduk yang ada di wilayah tersebut memiliki kebiasaan neges neges 
3. Gobyagan Warganya memiliki kebiasaan berbain Gobaksodor (ejaan Jawa) sehingga meninggalkan keramaian (gyagan) 
4. Silo Konon katanya siapapun yang masuk ke dalam wilayah tersebut tidak bias kembali
Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2024 Pelaksanaan

Pendapatan
Rp1,213,299,628 Rp1,213,299,628
100%
Belanja
Rp1,292,114,315 Rp1,292,114,315
100%

APBDes 2024 Pendapatan

Lain-lain Pendapatan Asli Desa
Rp3,000,000 Rp3,000,000
100%
Dana Desa
Rp801,677,000 Rp801,677,000
100%
Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi
Rp25,471,480 Rp25,471,480
100%
Alokasi Dana Desa
Rp335,151,148 Rp335,151,148
100%
Lain-lain Pendapatan Desa Yang Sah
Rp48,000,000 Rp48,000,000
100%

APBDes 2024 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa
Rp461,358,617 Rp461,358,617
100%
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
Rp475,464,959 Rp475,464,959
100%
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Rp53,693,400 Rp53,693,400
100%
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Rp215,797,339 Rp215,797,339
100%
Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa
Rp85,800,000 Rp85,800,000
100%